DAFTAR MENU

  • Home
  • CERITA RAKYAT
  • PUISI
  • ARTIKEL
  • CERPEN

Senin, 04 Juli 2011

ETIKA LINGKUNGAN

Etika lingkungan disebut juga etika ekologi. Etika ekologi dibedakan menjadi 2 macam yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan sebagai etika pelestarian dan etikia pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada penguasaan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan adalah usaha pemeliharaan untuk kepentingan semua makhluk.
Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopeng, sehingga semua unsur, mempunyai arti dan makna yang sama. Etika ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bahwa dan karena itu hak untuk menuntut pengarangan karena harga diri, untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral dalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukan komunitas yang lebih luas, komunitas yang lebih luas dimaksud disini adalah komunitas yang menyatakan binatang dan tumbuhan serta alam.
Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentis. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat trasionalisme dan hukum humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Etika ekologi dangkal dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaiotan dengan kepentingan estetika didukung oleh 2 tokohnya yaitu eugene hargrove dan mark sagoff menutut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentinagn manusia, secara khusus kepentingan estetika. Etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut :
1. Manusia terpisah dari alam.
2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
4. Kebijakan dan manajemen sumber daya alam kepentingan manusia.
5. Norma utama adalah untung rugi.
6. mengutamakan rencana jangka pendek.
7. Memecahkan krisis akologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin.
8. menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

Menurut Etika Dalam
Menurut etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Etika ini juga disebut etika lingkungan eksensionisme dan etika lingtkungan preversi etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu sendiri karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama.
Etika lingkungan dibagi menjadi beberapa macam menurut fokus perhatiannya, yaitu neo-utitarisme merupakan pengembangan etika etilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan kebaikan untuk semua.dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh makhluk. Tokoh yang mempelajari etika ini adalah Peter Singer. Dia beranggap bahwa menyakiti binatang dapat dianggap sebagai pernuatan tidak bermoral.
Etika lingkungan Zcosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang tokoh bidang bidang etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderita, sehingga dari para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar morel. Menurut The Society For Teh Prevention Of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memerlukan binatang dengan penuh belas kasih.
Etika lingkungan biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral, salah satunya tokoh penganutnya adalah Kenneth Good Paster menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada diri sendiri, bukan senang atau menderita, akhirnya melainkan kemampuan untuk hidup. Kepentingan utnuk hidup yang harus dijadikan standar moral, sehingga hanya manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara horal tetapi juga tumbuhan, menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan berproduksi.
Etika lingkungan ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan organisme dalam ekosistem. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, seluruh keseluruhan organisme yang saling membutuhkan saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan.
Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal sebagai berikut :
1. Manusia adalah bagian dari alam.
2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang.
3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang.
4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua makhluk
5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.
6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
7. Menghargai dan memelihara tata alam.
8. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem.
9. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yang itu sistem mengambil sambil memelihara.

KONTEKS ETIKA LINGKUNGAN DALAM SEJARAH FILSAFAT
Pengaruh Filsafat Yunani pada Etika Lingkungan
Aldo Leopold dalam bukunya “The Land Ethics” menyatakan bahwa masalah lingkungan sebenarnya berakar pada filsafat alam dan sepenuhnya membutuhkan secara filosofis pula. Bagi etika lingkungan, filsafat barat rupanya tidak selalu mendukung apa yang menjadi asumsi dasar etika lingkungan. Memang, refleksi tentang alam sudah muncul sejak filsaf dari ,elitus yaitu Thales Anaximander dan Anaxagoras. Bahkan dalam mencari Arkhai mereka menjadikan alam sebagai sumber dasarnya.
Haraclitos berpendapat bahwa api adalah awal dari segala sesuatu, Xhenopanes melihat tanah sebagai arkhe, Empedocles mengajukan empat elemen yaitu : tanah, udara, api dan air. Walaupun menolak beberapa pemikiran Parmenides. Umumnya para filsaf prasokratik ini menerima konsep bahwa dunia mempunyai “rational structure”, tidak berubah, tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dihancurkan dan tidak dapat digerakkan.
Plato memiliki tendensi yang berbeda sehubungan dengan alam. Dalam metafisikannya, alam meterial ahnyalah berpartisipasi pada dunia ide. Maka, dunia pengalaman yang real sebenarnya tidak nyata. Pemikiran ini kembali dibangkitkan lagi oleh Plotinos (204-207). Plotinos beranggapan bahwa dunia dan manusia merupakan emanasi dari roh (Nous) dan roh itu merupakan emanasi pertama dari yang satu (To Hen). Dunia bersatu, karena dirasuki oleh jiwa memang dunia dan manusia dibedakan, akan tetapi pada dasarnya semuanya diresapi oleh daya dan sinar yang sumbernya sama yaitu yang satu.
Eugene C Hargrove seorang mentalis berpendapat bahwa para filsaf Yunani mempunyai beberapa pengaruh negatif pada perkembangan perpektif pada perkembangan perspektif ekologis. Melemahkan wawasan estesis terhadap dunia natural dan menyebabkan “Ide pelestarian alam” secara konseptual sulit dilakukan bahkan tidak mungkin.

Tantangan Perspektif Ekologis
Konsep filsafat Yunani bahwa alam bersifat kontan dan tidak berubah rupanya harus berhadapan dengan realita yang diangkat oleh etika lingkungan bahwa alam itu bersifat impermanen bisa (bahkan sedang) berubah ke suatu kondisi yang lebih buruk. Perbedaan ini sebenarnya berasal dari titik berangkat yang berbeda. Filsafat Yunani memandang alam buka secara empiris danmaterial bahkan indera kita tidak bisa dipercayai untuk bisa melihat “alam” secara penuh, api dalam pemikiran Thales bukanlah api sebagai api yang mempunyai fungsi positif dalam seluruh ekosistem, tetapi lebih merujuk pada suatu element metafisik yang menjadi dasar segala sesuatu.
Perspektif Estestis
Kalau para filsuf Yunani memandang alam, yang menggerakkan emosinya pertama-tama adalah “keteraturn” dan bukan”keindahannya”.hal yang berkebaikan di temukan dalam diri para seniman dalam memendang alam.karena rasa dan kemampuan inderawi begitu di hargai,para seniman tidak menyibukan pada “nomos” tetapi pada dimensi estetis dari alam itu sendiri.memang dalam beberapa dialognya,plato mengagumi indahnya alam raya ini,tetapi keindahan menurut plato segera d ikuti dengan pandangannya bahwa obyek natural dirinya sendiri tidak memiliki nilai-nilai keindahan.
Partisipasi inilah menurut plato yang memungkinkan obyek natural di sebut indah.jdi keindahan secara intrinsik itu sebenarnya tidak ada.

Tantangan metafisika terhadap pelestarian ekosistem.
Konsep pelestarian ekosistem sulit untuk di temukan pemikiran filsafat yunani,karena pandangan ini bertentangan dengan metafisika yang menjadi pegangan mereka yaitu dunia yang konstan,abadi,tidak berubah.sehubungan dengan hal ini ,perlu di bedakan antara metafisika yang menjadi pegangan mereka yaitu dunia yang konstan,abadi,tidak berubah.sehubungan hal itu dapat di bedakan antara metafisika plato dan Aristoteles.Plato dan para filsuf sebelunya jelas-jelas berpegang pada filsuf sebelumnya jelas-jelas berpegang pada pandangan bahwa alam memeng tetap.Sedangkan Aristoteles memandang “kekonstanan“alam ini secara laen.Aristoteles melihat bahwa di beberapa tempat keadaan alam memang buruk.Tetapi ia segera berkata bahwa di tempat yang laen keadaan alam sedang membaik.kosep siklus ini memeng tampaknya memberi peluang pada kesadaran baru akan alam yang sedang berubah (menuju kebinasan).Tetapi karena alam pada dasarnya besifat siklis,antara mati dan tumbuh ,maka tak perlu campur tangan manusia dalam keseluruhan proses ini.

Tantangan Filsafat modern
Sehubungan dengan alam ,problem filsafat modern bukanlah apakah alam itu ada (metafisik) tetapi bagaimana kita mengetahui alam (epistomologis).Dalam ini Descarter melihat bahwa dunia mempunyai filsafat korperal / fisis dan Inkoperal / mental.Keduanya di ciptakan tuhan sebagai Created Subtance yang memiliki dua sifat: tidak permanen sehingga dapat rusak dan tidak dapat berinteraksi satu sama laen.Ini menyebabkan penyelenggaraan illahi terus di butuhkan dari saat kesaat untuk memecahkan masalah dunia.
Tetapi konsepnya tentang tuhan yang terus berkarya dan menyelesaikan masalah-masalah dunia membuat pelestarian alam seakan-akan berada di luar kontrol manusia.oleh karna itu bagi environmentalisf sisi teologis teori Descarter ini cenderung di tinggal kan.
Perkembangan illmu alam (science) dalam modernitas Scienci justru lebih bersisifat antiobservational,menekankan prinsip-prinsip geometris dan bersifat redukasionis.Hume yang membagi obyek penelitian dalam “Primary dan secondory property” mempunyai pengaruh besar pada terpisahnya nilai (value) dari fakta (fact).Nilai-nilai kemanusiaan di kategorikan pada secondary dan bukan menjadi urusan ilmu alam yang lebih beroperasih pada primary property.Pemisahan ini tampak tegas dalam kaum positiv logis pada awal abad ke -20.Ketika alam hanya dilihat sebagai obyek penelitian dan mencari kegunaan-kegunaan yang ada di dalamnya tanpa memperhitungkan nilai-nilai baik dalam diri manusia atau dalam alam itu sendiri yang terjadi adalah kerusakan dan eksploitasi.

Pandangan Baru Terhadap Alam
Dalam kenyataanya manusia hanyala bagian kecil dari alam ini.Walaupun sejarah manuia di turunkan ke bumi dari syurga,tetatapi langit (tempat syurga itu berada)tidak berbeda dengan dunia ini.Alasanya langit dan bumi di ciptakan oleh satu pencipta,tentu satu bahan dasar.Maka bila adam di ciptakan dari tanah di syurga juga sama dengan tanah di bumi.Sejak lama tindakan manusia yang sembrono dan serakah menyebabkan banyak spesies punah tiap tahunnya.Manusia yang adalah mahluk yang mempunyai kemampuan yang melebihi dari mahluk lain di alam ini,seharusnya mendayagunakan kemampuannya untuk menjaga dan memelihara ekosfek dan ekosistem.Manusia di harapkan dapat merubah sikapnya dari destruktif ke konstruktif.Akal budi bisa di gunakan untuk memperbaiki alam.Dengan akal budinya ,manusia memiliki kemampuan tidak hanya menghasilkan mesin dan industri yang bisa merusak alam tetapi akal budi manusia juga mampu ‘di giring’ untuk menciptakan teknologi yang mendukung kelestarian alam.Contonya adalah adanya usaha penanaman tumbuh-tumbuhan atau melakukaan penghijauan di daerah kering,di arab saudi.
Kita hendaknya mengganti para digma manusia sebagai sang penakluk komunitas alam dengan para digma manusia sebagai anggota dari komunitas alam.Dengan begitu manusia mampu menghargai anggota laen di dalam komunitas ekosistem.Aldo leopold menyatakan bahwa “ sesuatu adalah benar jika hal itu menuju pada kesatuan,stabilitas dan keindahan komunitas abiotik.Adalah salah satu menuju ke arah laen “ (6)
Salah satu faktor penyebab terpenting yang perlu di perhatikan dalam proses terjadinya perusakan lingkungan oleh manusia adalah faktor ekonomi .secara lebih khusus lagi adalah kerakusan manusia,dimana manusia melakukan eksploitasi tak terbatas terhadap alam.Alam hanya di lihat sebagai benda penghasil uang.Dunia sekarang ini berbeda dalam sistem ekonomi lama yaitu kapitalisme yang menjunjung tinggi keuntungan dan mengakibatkan hilangnya nilai kebersamaan.
Sekarang ini di perlukan adanya perubahan sikap manusia secara mendasar dalam memperlakukan alam.perubahan itu adalah nilai dari nilai hubungan manusia dengan alam yang bersifat-sifat ekonimis ke nilai hubungan yang di landasi oleh sikap menghargai alam sebagai bagian dari hidup manusia.jika berdasar pada nilai yang tidak menuju dan hanya berorentasi keuntungan manusia,maka di harapkan ada usaha untuk menemukan suatu sistem ekonomi baru yang sungguh menghargai “ yang lemah “ yang nampaknya tak berperan dalam kehidupan di dunia ini.
Begitu baiknya alam ini sehingga mampu menciptakan beragam spesies yang di perlukan untuk kelangsungan hidupnya di dalam alamjuga tercipta simbosis-simbosis.Tumbuhan binatang dari yang paling terkecil hingga yang terbesar dan manusia,terjalin dalam jaring-jaring rantai makanan masing-masing mempunyai peranan sendiri dalam melestarikan alam.Hewan,tumbuhan dan segala sesuatu bagian dari ekosistem merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia.
Mahluk hidup seperti binatang dan tumbuhan juga mempunyai hak,meskipun mereka tidak dapat bertindak yang berlandaskan kewajiban.mereka ada dan tercipta untuk kelestarian alam ini.maka mereka mempunyai hak untuk hidup.Hal itu harus di hormati berdasar prinsip nilai intrinsik yang menyatakan bahwa setiap entitas sebagai anggota komunitas bumi bernilai.Dengan demikian,pembatasan hutan secara tidak proposional dan penggunaan binatang sebagai objek eksperimen tidak dapat di benarkan.
Permasalahan lingkungan sendiri tidak bisa di lepaskan dari kegiatan manusia yang di sebut teknik.pengertian manusia yang di sebut teknik pengertian teknik adalah suatu cara membuat sesuatu.Tenik adalah suatu cara membuat sesuatu.Teknik kemudian dipelajari untuk tujuan tertentu dan dinamakan teknologi.Alat-alat yang di hasilkan teknik bisa juga sarana untuk menemukan dan menyimpan apa yang tidak didapatkan pada dirinya.Maka teknik adalah reaslisasi sekaligus subsitusi dari manusia.Masalahnya kemudian teknik itu mengandalkan ada sarana yang di pakai dan itu adalah alam.Penggunaan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia di bedakan dalam dua sifat : eksploitatif dan konstruktif.Eksploitatif maksudnya manusia mengambil segala sesuatu dari alam tanpa mengganti atau mengembalikannya ke alam.Sedangkan konstruktif adalah pengembalian hasil alam dengan memperhitungkan kelestariannya,maka harus di ikuti dengan tindakan memperbaiki.

Pandangan Islam terhadap alam
Al’Quran diturunkan oleh pencipta alam semesta dengan cara bertahap.Jumblah kitab suci yang di turunkan kepada manusia ini(hudalinnas) ini lebih dari 6.000 ayat.Ini memberi indikator bahwa persoalan kehidupan manusia itu baik di dunia,di alam kubur maupun di akherat nanti tentu jumblahnya sangat banyak dan kompleks.Ayat pertama di mulai dengan bacaan.Bacalah bermakna bahwa persoalan kehidupan dan lingkungan itu adalah persoalan keillmuan.
Manusia di ciptakan sebagai mahluk yang berkait juga bermakna bahwa manusia selama-lamanya di maksudkan untuk menciptakan semua di sekitar dia selalu dalam keadaan terkait.













DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim. Deopartemen Agama RI Jakarta.
Sahim dan Muslim
Borong, Robert. Etika Bumi Baru PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. 1999
Harvoge, Eugene C. Fundation Of Eavioronmental Ethic Prentice Hall, New Jarsey, 1989
Mangunwijaya, YB. Lingkungan dalam Pandangan Timur, Makalah Seminar Lingkungan dan Berbagai Masalahnya, Cibubur, November 1982
Sony Keraf, Lingkungan Hidup, Melihat Dimensi Etisnya, Kompas, 06 Desember 1982.
Tim Wartawan Kompas, Hutan Konservasi Dihabisi, Kompas, 05 Agustus 2001.
Vandeveer, Donald dan Perce Cgristine, People, Penguins and Plastic Tress.
Wadsworth Publishing Company, Belmont, California, 1986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar